Sahabat, berkenaan dengan aturan main dalam memilih sahabat yang kita sering berinteraksi dengannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam telah memberikan kepada kita anjuran dan nasihat tentang hal tersebut. Beliau bersabda, “Seseorang akan mengikuti agama sahabatnya. Maka hendaklah seseorang dari kalian meneliti orang yang akan dijadikan sahabat.” Intinya, kita dianjurkan untuk pilah-pilih dalam menjadikan seseorang sebagai sahabat karena tidak semua orang layak untuk dijadikan sahabat, harus ditinjau sifat dan akhlaknya. Ada beberapa nasihat dari para ulama berkenaan dengan pilah-pilih sahabat, di antaranya:
Umar bin Khath-thab berpesan, “Bertemanlah dengan orang-orang yang jujur, niscaya kamu akan hidup dalam perlindungan mereka. Mereka adalah perhiasan di kala senang dan bantuan di kala susah. Maknailah tindakan sahabatmu dengan makna terbaik hingga kamu benar-benar mengetahui sesuatu yang kamu benci darinya. Jauhilah musuhmu. Waspadalah pada temanmu kecuali temanmu yang jujur. Tetapi tidak akan jujur kecuali orang yang takut akan Allah. Jangan berteman dengan seorang penjahat karena kamu akan mempelajari kejahatannya dan janga beritahukan rahasiamu kepadanya. Dan musyawarahkan masalahmu dengan orang-orang yang takut kepada Allah ta’ala.”
Yahya bin Mu’adz mengatakan, “Teman terburuk adalah teman yang membuatmu harus memintanya menyebutmu dalam doanya, memaksamu hidup dengannya dalam kepura-puraan, atau memaksamu perlu meminta maaf kepadanya.”
Sekelompok orang yang berkunjung ke rumah Hasan ketika dia sedang tidur. Maka seseorang dari mereka langsung makan buah-buahan yang ada di rumahnya. Ketika bangun, Hasan berseru, “Semoga Allah merahmatimu. Demi Allah, ini memang tindakan seorang teman.“
Abu Ja’far menanyai sahabat-sahabtnya, “Apakah seseorang dari kamu memasukkan tangannya ke saku saudaranya lalu mengambil sesuatu darinya…?” Mereka menjawab, “Tidak.” Dia mengatakan, “Kalau begitu kalian bukan teman seperti yang kalian katakan.”
Fath Al-Maushili berkunjung ke rumah rekannya, Isa At-Tammar, ketika dia sedang tidak ada di rumah. Fath berkata kepada pembantunya, “Keluarkan kantung saudaraku.” Pembantu tersbut mengeluarkannya dan Fath mengambil ua dirham darinya. Ketika pulang ke rumah dan pembantunya memberitahukan hal tersebut, ia mengatakan, “Jika kamu berkata benar, kamu aku merdekakan.” Lalu ia melihat kantungnya dan ternyata dia memang telah berkata benar. Maka diapun dimerdekakan.
Subhanallah..!! Demikianlah model persahabatan para ulama terdahulu. Persahabatan yang diikat oleh tali Allah ta’ala. Intinya, kedekatan mereka dengan sahabatnya seperti kedekatan mereka kepada diri mereka sendiri, tak ada rasa canggung dan tak ada curiga pula.
About Me
- rvmania
- Cepu, Jateng, Indonesia
- Blog yang membahas banyak tentang Usaha, isu lingkungan, politik, isu sekitar kita lokal dan nasional
Selasa, 20 Maret 2012
Entri Populer
-
Naik gunung Lawu pada bulan Suro ato Muharam bagi sebagian orang Jawa merupakan suatu keharusan ato kewajiban,yang sudah mengakar dari tahun...